DHAKA - Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNHCR mengatakan sedikitnya 348 warga Rohingya meninggal atau hilang, sedangkan 3.500 lebih anggota kelompok etnik yang teraniaya itu berusaha menempuh perjalanan berbahaya di Laut Andaman dan Teluk Benggala sepanjang 2022.
UNHCR melalui pernyataan, Selasa (17/1/2023), mengatakan jumlah percobaan penyeberangan laut naik 360 persen dari tahun sebelumnya ketika sekitar 700 orang melakukan tindakan serupa.
Dikutip Antara, kebanyakan kapal berangkat dari Myanmar dan Bangladesh sehingga menyoroti keadaan bahwa banyak warga Rohingya di kedua negara tersebut semakin merasa putus asa.
BACA JUGA: Tragis! 20 Warga Rohingya Tewas Usai Terkatung-katung di Lautan
Saat ini, Bangladesh menampung lebih dari 1,2 juta warga Rohingya di 33 kamp. Sebagian besar dari orang-orang yang teraniaya itu lari menyelamatkan diri dari penindasan brutal militer di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, pada Agustus 2017.
BACA JUGA: UNHCR: 2022 Menjadi Tahun Paling Mematikan Bagi Pengungsi Rohingya di Laut
UNHCR mencatat peningkatan jumlah korban jiwa, dengan kenyataan bahwa sedikitnya 348 orang tewas atau hilang di lautan sepanjang 2022. Periode itu menjadi tahun yang paling banyak mencatat korban jiwa sejak 2014.
Dengan tidak adanya respons komprehensif di kawasan untuk mengatasi pergerakan di lautan itu, UNHCR memperingatkan bahwa akan ada banyak orang yang tewas di laut lepas di bawah pengawasan negara-negara pantai.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya