RUSIA – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan kepada RIA Novosti pada Sabtu (4/2/2023), bahwa Amerika Serikat (AS) seharusnya tidak mengharapkan dunia untuk melupakan bahwa AS memalsukan pembenarannya atas invasi Irak pada 2003 silam.
Diplomat Rusia itu membuat pernyataan tersebut pada malam peringatan 20 tahun pidato yang sekarang terkenal oleh Menteri Luar Negeri AS saat itu Colin Powell di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana dia menunjukkan dugaan bukti senjata pemusnah massal Irak, termasuk senjata biologis.
Kala itu, untuk mendukung kasusnya, Powell memamerkan sebotol kecil bubuk putih, yang dianggap mewakili antraks, dan memberi tahu dewan bahwa AS tidak punya pilihan lain selain berperang. Namun, tidak ada senjata pemusnah massal yang pernah ditemukan di Irak.
BACA JUGA: Berdebat dengan George Bush soal Invasi ke Irak, Megawati: Kayak Blitzkrieg Serbuan Kilat Jerman
“Aksi Powell di PBB telah lama menjadi lambang kemunafikan dan keyakinan elit penguasa AS atas impunitasnya sendiri dan haknya yang tak tertandingi untuk secara angkuh memberi tahu seluruh dunia,” terangnya.
BACA JUGA: Komitmen pada Kedaulatan dan Kemerdekaan, Arab Saudi Tolak Agresi Apapun Terhadap Wilayah Irak
Dia menambahkan bahwa itu juga merupakan simbol dari kesediaan Washington untuk "menggunakan kekuatan melawan lawan yang jelas lebih lemah untuk mempertahankan hegemoni globalnya sendiri".
Namun, diplomat tersebut menyarankan bahwa – tidak seperti di tahun 2000-an dan selama kampanye pengeboman NATO di Yugoslavia tahun 1999 – Washington tidak dapat lolos dari “bandit internasional” dalam kondisi saat ini.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya