Share

Gara-Gara ke Pengobatan Alternatif, Angka Harapan Hidup Penderita Kanker Cuma 20%

Kevi Laras, Jurnalis · Minggu 05 Februari 2023 11:14 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi Periksa ke Dokter. (Foto: Shutterstock)

KANKER memang menjadi salah satu penyakit yang tidak boleh terlambat diobati. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak mau memeriksakan diri ke dokter, dengan berbagai alasan.

Bahkan, ketika sudah mengalami gejala banyak orang masih memilih untuk melakukan pengobatan alteratif. Akibatnya, pasien yang datang ke rumah sakit pun sudah dalam kondisi terlambat untuk mendapat pengobatan awal.

Ketua UKK Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Teny Tjitra Sari, Sp.A(K), MPH, pengobatan alternatif semacam herbal pun tidak bisa dipakai dalam mengobati kanker. Menurutnya, hanya pengobatan teruji klinis atau jelas bisa mengobati.

Kanker

"Bisa dibayangkan kalau kanker saja sudah penyakit yang berat masa kita kasih obat yang belum jelas atau enggak ada uji klinisnya. Kemudian takut ke dokter kasih tahu sakitnya, kebanyakan ke alternatif dulu dan akhirnya datang ke pusat kesehatan sudah terlambat 10 sampai 60 persen datangnya terlambat," jelas dr Teny.

Oleh karena itu, dia pun mengimbau agar setiap orang tua segera membawa anak, jika sudah memiliki gejala dan tanda kanker ke Rumah Sakit. Jika diobati secara cepat, maka peluang sembuh pun akan besar.

"Kenapa the middle income countries seperti Indonesia ini angka harapan hidupnya rendah cuma 20%? Karena begitu, sebab pengobatan (alternatif/herbal). Kebanyakan emang enggak berhasil baru kemudian dengan stadium yang sudah lanjut baru ke Pusat Kesehatan, jadi maunya kami adalah janganlah lama-lama ya enggak masuk akal (pengobatan alternatif)," pungkas Dr Teny.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Adapun jumlah penderita kanker anak di Indonesia pun dikatakan, paling tinggi leukimia, berikut rinciannya, berdasarkan data 2022, antara lain:

1. Leukemia Limfobiastik sebanyak 673 kasus

2. Leukimia myelobiastik akut: 144 kasus

3. Retinoblastoma 162 kasus

4. Osteosarkoma 91 kasus

5. Limfoma maligna non hodgkin 75 kasus

6. Nefroblastoma dan tumor ginjal nonepitel lainnya 63 kasus

7. Neuroblasto 53 kasus

8. Rabdomiosar 53 kasus

9. Leukimia myelobiastik kronis 50 kasus

10. Tumor ganas sel geminal gonad ganas 47 kasus.

1
2