INDUSTRI farmasi lokal mulai mengembangkan produk benang bedah sendiri yang berkualitas. Karena selama ini, hampir semua pasokan alkes maupun obat-obatan ketergantungan impor.
“Ketergantungan kita akan impor, baik bahan baku obat atau alat kesehatan perlahan-lahan harus kita kurangi. Sebagai bagian dari dukungan kepada pemerintah, Kalbe terus berinovasi untuk dapat memproduksi obat dan alat kesehatan dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang tinggi sesuai standar yang ditetapkan pemerintah,” ujar Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, dalam agenda Seminar Nasional Dukung Ketahanan Industri Kesehatan Nasional, Kalbe Kembangkan Produk Benang Bedah.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berperan dalam membuat regulasi penggunaan produk dalam negeri. Kemenkes berupaya agar fasilitas kesehatan (faskes) yang menggunakan anggaran belanja negara dapat menggunakan alkes dan obat-obatan produksi dalam negeri, baik dalam proses pelayanan maupun untuk keperluan akademik.
Berdasarkan data Kemenkes, jumlah izin edar alkes dalam negeri tahun 2022 meningkat 2,3 kali lipat dibandingkan tahun 2019, yakni sebanyak 5.427 pada 2019, menjadi 12.524 pada tahun 2022. Kemudian, transaksi alkes dalam negeri di e-catalogue tahun 2022 meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan tahun 2019-2021. Tahun 2019-2021 sebanyak 12 persen, sedangkan tahun 2022 sebanyak 30 persen.
“Kami berupaya dengan terus melakukan monitoring dan mengkaji penggunaannya, serta ada keputusan Menteri Kesehatan supaya menggunakan produksi dalam negeri,” tutur Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Dra. Lucia Rizka Andalucia.
Kemenkes melakukan berbagai kegiatan business matching setahun delapan kali. Pihaknya bahkan melakukan pemahaman kepada para user, baik itu kualitas, bagaimana penggunaannya, dan bagaimana post marketing service-nya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya
Sementara itu, Kementerian Perindustrian juga melakukan strategi dalam pengembangan industri alat kesehatan. Salah satunya menyederhanakan sistem dan proses perizinan, sistem data dan informasi terintegrasi industri alkes, penggunaan produk dalam negeri melalui e-catalogue, mendorong dan mengembangkan R&D alkes, serta memfasilitasi pengembangan industri alkes.
Staf Ahli Menteri, Kementerian Perindustrian RI, Andi Rizaldi menuturkan, industri farmasi nasional saat ini telah menguasai supply produk obat sekitar 89 persen secara volume, dengan kapasitas produksi yang masih idle sekitar 35 persen. Namun, lebih besar dari 90 persen bahan baku obat (aktif dan penolong) yang digunakan oleh industri farmasi nasional masih diimpor.
Dia menyebutkan, beberapa obat yang masih perlu diimpor seperti obat-obat yang masih dalam masa paten, berbagai jenis produk biologi, dan obat-obat dengan bentuk dosis yang spesifik seperti aerosol inhaler, atau pen insulin,” papar Andi.