Share

Waspada Kualitas Udara Jakarta Buruk Bikin Sakit, Dokter: Tetap Pakai Masker!

Kevi Laras, Jurnalis · Jum'at 02 Juni 2023 12:36 WIB
$detail['images_title']
kualitas udara buruk, (Foto: Ist)

WARGA Jakarta dan sekitarnya tengah menghadapi ancaman berbagai penyakit infeksi pernapasan dengan kondisi kualitas udara yang terus memburuk di beberapa hari terakhir terus menjadi sorotan.

Kualitas udara yang memburuk ini, terlihat dari angka dari indeks kualitas udara (AQI) terus mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil pantauan, hari ini, Jumat (2/6/2023) angka AQI untuk Jakarta ada di angka 162, mengalami peningkatan satu angka dari hari sebelumnya.

"Berdasar laman IQ Air, indeks kualitas udara (AQI) Jakarta, Ahad kemarin di angka 156. Hari ini 161, artinya kategori tidak sehat. AQI normal di angka 0-50," bunyi cuitan , Prof Zubairi Djoerban, dikutip dari akun Twitter resminya, @ProfesorZubairi.

Kualitas udara yang buruk ini tentu harus diwaspadai semua masyarakat, terutama jika beraktivitas di luar rumah. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi, Prof Zubairi Djoerban saat ini kualitas udara tidak menyehatkan, ia mengimbau masyarakat tetap pakaimasker saat bergiatan di luar ruangan.

 BACA JUGA:

"Biasanya kita akan lepas masker begitu di luar ruangan. Tapi dengan kualitas udara saat ini, lebih baik tetap memakainya," jelas Prof Beri.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Udara Jakarta dan sekitarnya dengan kualitas buruk ini juga mendapatkan sorotan dari Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P. Dokter Sita menjelaskan, bahwa dalam udara ada kandungan sulfur yang disebut polusi.

Kandungan inilah yang dinilai berbahaya bagi kesehatan anak atau orang yang menghirup udara kotor tersebut, bisa memicu terjadinya alergi, asma hingga kanker.

"Polusi udara itu memang ada partiku meter PM udara dan ada bagian lain dan partikel dan gasnya berbahaya seperti sulfur. Untuk PM sendiri gas tersebut tentu saja menimbulkan gejala gangguan respirasi misalnya batuk alergi, sampai asma," jelas dr Sita dalam gelaran Inovasi Pengobatan Kanker Paru melalui JKN di Jakarta, belum lama ini.

Sebagai informasi, berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, ada lima penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, tuberkulosis, dan asma.

1
2