Share

Survei Kemenkes: 22,4 Persen Calon Dokter Spesialis di Rumah Sakit Vertikal Alami Depresi

Syifa Fauziah, Jurnalis · Jum'at 19 April 2024 19:00 WIB
$detail['images_title']
Calon dokter spesialis alami depresi. (Ilustrasi: Freepik.com)

ISU terkait mahasiswa peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) RS Vertikal mengalami depresi tengah ramai diperbincangkan. Sebab dari hasil survey yang dilakukan kepada 12.121 mahasiswa PPDS yang bertugas di 28 rumah sakit vertikal, sebanyak 22,4 persen mengalami gejala depresi bahkan merasa lebih baik mengakhiri hidup.

Kondisi ini pun disoroti oleh Ikatan Dokter Indonesia IDI. Ketua Umum PB IDI, DR dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT mengatakan salah satu pemicu tingkat depresi tinggi di kalangan mahasiswa PPDS adalah jam kerja.

"Jam kerja yang terlalu tinggi menyebabkan waktu istirahat, makan, rehat, dan tidur yang kurang sehingga menurunkan daya tahan tubuh dan keselamatan pasien berkurang," ujar dr Adib dalam konferensi pers Jumat (19/4/2024).

Dokter depresi

Hal itu diketahui karena PB IDI sempat melakukan survey pendahuluan pada saat Covid-19. Survey tersebut dilakukan dengan memberikan lebih dari 10 pertanyaan dan dijadikan suatu referensi ilmiah.

Tak hanya depresi, Prof Adib menjelaskan rata-rata ada 41 hingga 76 persen PPDS yang mengalami burnout, dan tujuh hingga 56 persen mengalami depresi. Untuk mengatasi hal itu, menurut dr Adib perlu adanya regulasi terutama masalah jam kerja agar mahasiswa PPDS bisa menjalankan tugas di waktu yang lebih teratur.

"Ada tidak regulasi dibuat tentang jam kerja. Ini harus dibuat. Jam kerja ini bukan hanya concern kami di Indonesia. Di seluruh dunia kita punya kepentingan masalah jam kerja," katanya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(Leo)