Share

Ada Program Nyamuk Wolbachia Angka Kematian DBD Malah Naik 179%, Apa yang Salah?

Muhammad Sukardi, Jurnalis · Sabtu 20 April 2024 12:31 WIB
$detail['images_title']
Nyamuk DBD. (Foto: Freepik)

PROGRAM Nyamuk Wolbachia yang disebar Kementerian Kesehatan di lima kota dianggap kurang efektif mengatasi demam berdarah atau DBD di Indonesia. Pasalnya angka DBD di beberapa kota malah mengalami kenaikan.

Pernyataan tersebut banyak terlontar di media sosial, salah satunya dicuitkan akun X @hipohan pada Rabu, 17 April 2024. Netizen dengan jumlah pengikut 29,3 ribu itu tulis begini, "Setelah menyebar nyamuk Wolbachia yang dikenalkan Kemenkes dengan istilah 'nyamuk baik', angka kematian akibat Dengue malah meningkat 179%."

Akun tersebut mengambil data dari berita yang dipublikasi Antara pada Senin, 15 April 2024 dengan judul 'Dengue fever deaths in Indonesia up 179 percent'.

Cuitan tersebut mencuri perhatian 228,1 ribuan netizen. Komentar yang masuk pun beragam, namun yang cukup menarik adalah konfrontasi dari netizen lain, karena akun @hipohan menggunakan data kematian seluruh Indonesia, sementara itu nyamuk Wolbachia hanya disebar di 5 kota di Indonesia.

Kelima kota itu antara lain Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). Karena ada komentar tersebut, pemilik akun @hipohan pun merespons dengan membagikan data kasus DBD hanya di Bandung yang tetap memperlihatkan kenaikan kasus.

Perdebatan mengenai efektivitas nyamuk Wolbachia ini pun sampai ke telinga Ahli Epidemiologi Dicky Budiman dan menurutnya, memang sudah semestinya tidak berpaku hanya pada program nyamuk wolbachia untuk mengatasi demam berdarah.

"Kalau bicara soal pengendalian DBD ini tidak bisa mengandalkan hanya pada salah satu metode, misalnya nyamuk wolbachia ini. Mengacu pada ilmu dasar epidemiologi, ada yang namanya segitiga epidemiologi yaitu ada host, agent, dan lingkungan," papar Dicky Budiman, saat dihubungi MNC Portal, Sabtu (20/4/2024).

Artinya, perlu melihat ketiga faktor itu (host, agent, dan lingkungan) secara keseluruhan untuk mengatasi demam berdarah. Selain itu, agar hasilnya lebih baik, perlu ada penguatan dan inovasi.

"Nah, nyamuk Wolbachia hanya salah satu saja dari upaya itu. Jadi, dia tidak akan menyelesaikan semua masalah DBD di Indonesia. Tetap perlu intervensi lainnya," jelas Dicky Budiman.

"Bicara soal riset nyamuk Wolbachia, itu perjalanannya masih panjang sampai dikatakan akan memberikan keberhasilan secara signifikan di berbagai daerah, karena ini masih dalam kerangka riset," tambahnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Dicky Budiman pun menyarankan agar tetap melanjutkan proyek nyamuk Wolbachia ini, namun secara berkala dievaluasi, ditingkatkan lagi literasi dan komunikasi risikonya di masyarakat.

Jangan lupa juga aspek penguatan di masyarakat seperti pemberdayaan masyarakatnya termasuk bagaimana masyarakat mengenali risiko hingga memperbaiki lingkungan dengan deteksi jentik nyamuk.

"Semua itu harus dilakukan, gak hanya mengandalkan nyamuk Wolbachia untuk mengatasi demam berdarah," tegas Dicky Budiman.

"Dengan kata lain, intervensi penyakit demam berdarah tidak bisa berhasil hanya dengan solusi tunggal," tambahnya.

1
2