Share

Apakah Selingkuh Itu Penyakit Genetik? Ini Penjelasannya

Lulu Az Zahra , Jurnalis · Jum'at 26 April 2024 18:00 WIB
$detail['images_title']
Apakah selingkuh penyakit genetik? (Foto: Freepik.com)

APAKAH selingkuh itu penyakit genetik? Pertanyaan ini mungkin sering muncul dalam berbagai konteks di mana orang membahas dan mempertimbangkan perilaku manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selingkuh adalah perilaku di mana seseorang secara diam-diam terlibat dalam hubungan romantis atau seksual dengan orang lain. Hal ini dapat menjadi penyebab keretakan serius dalam hubungan, karena kepercayaan dan komitmen yang telah dibangun dapat hancur dalam sekejap.

Namun, beberapa hubungan dapat bertahan setelah terjadinya perselingkuhan dan mereka memilih untuk mencoba memperbaiki hubungannya. Bahkan karena begitu besar cintanya terhadap pasangan, meski telah diselingkuhi berulang kali pun tetap dimaafkan.

Selanjutnya, banyak orang menganggap sifat selingkuh merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Mereka mengaku bahwa selingkuh mirip dengan ketergantungan pada zat adiktif. Bahkan, sejumlah ahli di bidang psikologi menyebut selingkuh adalah perilaku yang cukup kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai alasan yang rumit.

Lalu, apakah selingkuh itu penyakit genetik?

Selingkuh

Melansir dari berbagai sumber pada Jum’at (26/4/2024), beberapa peneliti telah mengkonfirmasi bahwa sifat atau perilaku selingkuh dipengaruhi secara genetik. D4 plymorphsm atau disingkat DRD4 adalah gen yang memengaruhi kecenderungan seseorang untuk melakukan selingkuh.

Faktanya, gen tersebut menyebabkan sekitar 63 persen perselingkuhan pada pria dan 40 persen pada wanita. Setiap orang memiliki DRD4, namun bukan berarti semua orang akan secara otomatis menjadi pelaku selingkuh. Semakin banyak seseorang memilikinya maka semakin besar juga ketertarikannya pada godaan hal-hal yang mungkin tidak seharusnya dilakukan, seperti selingkuh.

Untuk memperkirakan kontribusi genetik terhadap perilaku tertentu adalah dengan menggunakan studi kembar. Perbandingan perilaku kembar identik dengan lingkungan tempat mereka dibesarkan dapat memperkirakan porsi genetik atau kontribusi terhadap sifat tertentu.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2015 dengan sampel lebih dari 7.000 anak kembar dari kedua jenis kelamin membuktikan fakta bahwa faktor genetik menyumbang 63 persen dari perilaku tersebut pada pria dan 40 persen pada wanita.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Namun, faktor genetik bukanlah satu-satunya yang berperan dalam perilaku selingkuh. Lingkungan sosial dan kepuasan dalam hubungan juga memainkan peran yang signifikan. Seperti halnya seseorang yang tumbuh dalam lingkungan di mana perilaku selingkuh dianggap normal atau bahkan dianjurkan mungkin lebih cenderung untuk melakukan hal yang sama.

Meskipun ada kemungkinan faktor genetik dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berselingkuh, bukan berarti selingkuh adalah hal yang tidak terhindarkan atau tidak dapat dikendalikan.

Seperti halnya dengan banyak aspek perilaku manusia lainnya, kompleksitas perilaku selingkuh menggambarkan interaksi yang rumit antara genetika, lingkungan, dan keputusan individu. Dekimianlah ulasan mengenai apakah selingkuh itu penyakit genetik.

1
2