Share

Makan Banyak Telur Tak Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Benarkah?

Leonardus Selwyn Kangsaputra, Jurnalis · Rabu 09 Mei 2018 18:19 WIB
$detail['images_title']
Ilustrasi telur (Foto: Shutterstock)

TELUR merupakan salah satu bahan makanan favorit yang paling mudah ditemukan. Sebagian besar masyarakat bahkan hampir setiap hari mengonsumsi makanan berbentuk bundar ini. Tak hanya mudah ditemukan, telur juga nyatanya gampang untuk diolah menjadi berbagai kreasi makanan yang menggugah selera.

Bagi para pencinta telur, Anda tidak perlu khawatir bila mengonsumsi bahan makanan ini dalam jumlah banyak. Sebuah riset menunjukkan bahwa makan selusin telur selama seminggu, tidak akan meningkatkan risiko stroke maupun serangan jantung.

Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition berhasil menemukan hasil yang sama selama tiga bulan. Dalam percobaan awal, para peserta dituntut untuk mempertahankan berat badan mereka saat memulai diet telur dengan memakan 12 telur per minggu.

 (Baca Juga: Hati-Hati, Memanaskan Makanan Pakai Wadah Plastik di Microwave Picu Kanker)


Percobaan dibagi dua, dengan pengonsumsi telur tingkat tinggi dan tingkat rendah. Dari hasil penelitian, tidak ada risiko kardiovaskular yang diidentifikasi pada tiga bulan terakhir.

Para peserta yang sama kemudian diajak untuk mulai menurunkan berat badan selama tiga bulan sambil melanjutkan konsumsi telur. Selama enam hingga 12 bulan, para peserta diawasi oleh para peneliti untuk melanjutkan asupan telur mereka.

Hasilnya, mereka tidak menunjukkan perubahan yang merugikan dalam risiko kardiovaskular dan mencapai penurunan berat badan setara terlepas dari tingkat konsumsi telur yang mereka lakukan.

  (Baca Juga: Madu Bisa Jadi Pertolongan Pertama Atasi Batuk Pilek pada Anak-Anak)

“Meskipun berbeda arahan tentang tingkat kosumsi telur yang aman untuk masyarakat dengan diabetes. Namun, hasil penelitian kami menunjukkan orang tidak perlu menahan diri untuk mengonsumsi telur bila ingin melakukan diet sehat,” tutur pemimpin studi dari University of Sydney, Dr. Nick Fuller, sebagaimana dilansir dari Express, Rabu (9/5/2018).

“Diet sehat seperti yang ditentukan dalam penelitian ini menekankan penggantian lemak jenuh seperti mentega. Sementara, lemak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda seperti alpukat dan minyak zaitun,” tandasnya.

Untuk memperjelas hasil penelitian, studi diperpanjang untuk melacak berbagai faktor risiko kardiovaskular termasuk kolesterol, gula darah dan tekanan darah. Hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan bagi pengonsumsi telur tinggi dan kelompok telur rendah.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

(tam)